KelaSaham
11 Jun 2024
STUDI KASUSNama Astra tentu tidak asing bagi kita. Berawal dari sebuah toko di jalan Sabang lebih dari 60 tahun lalu, Astra yang didirkan oleh William Soeryadjaya beserta saudaranya kini menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
Nama Astra dalam bahasa latin memiliki arti “Bintang.” Astra memang menjelma menjadi bintang terang dalam perkembangan bisnis di Indonesia, namun penurunan saham ASII dalam setahun terakhir membuat banyak orang melihat ASII sebagai bintang yang “redup.” Sebenarnya bagaimana kinerja ASII selama ini?
Gak berlebihan jika kita menyebut ASII sebagai salah satu “raksasa” bisnis di Indonesia. Pada tahun 2023, ASII mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 316,6 Triliun. Nilai penjualan bersih ASII ini hanya kalah dari pendapatan Pertamina Rp 1.262 Triliun (2022) dan PLN Rp 487 Triliun (2023) yang merupakan BUMN.
Jadi bisa dibilang, ASII merupakan perusahaan swasta dengan omset terbesar di Indonesia.
Astra memang identik dengan Toyota. Namun ASII lebih cocok disebut dengan konglomerasi karena ada banyak bisnis di bawah entitas perusahaan.
ASII membagi segmen usahanya menjadi 7 bagian utama:
Dari ketujuh segmen ASII, ada 2 segmen yang memiliki kontribusi pendapatan bersih terbesar, yaitu segmen Otomotif sebesar 40% dan segmen Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi, dan Energi sebesar 40,1%.
Coba tebak, kontribusi “cuan” ASII lebih besar dari segmen mana?
Yes, segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi di bawah UNTR mencatatkan laba bersih tertinggi dibanding segmen lain, mencapai Rp 22 Triliun di tahun 2023 atau berkontribusi 50% dari total laba bersih ASII, nilainya hampir dua kali lipat dari laba bersih segmen otomotif sebesar Rp 12 Triliun.
Segmen jasa keuangan ASII juga “menarik,” walaupun persentase pendapatan bersih jasa keuangan kurang dari 10% dari total pendapatan bersih ASII, namun kontribusi laba bersih segmen jasa keuangan ini mencapai 18% dari total laba bersih ASII.
Dari sini pula kita bisa melihat bahwa ada 3 segmen yang menyumbang kinerja ASII, yaitu segmen otomotif, jasa keuangan, alat berat & pertambangan.
Kalau kita lihat lagi dalam rentang waktu beberapa tahun kebelakang, sejak 2018, laba bersih segmen alat berat & pertambangan sudah lebih besar dibanding segmen otomotif yang menjadi branding Astra selama ini.
Jadi ketika kita bicara ASII, kita tidak bisa hanya bicara mengenai otomotif saja, puzzle nya gak lengkap, karena Astra lebih dari itu. Jadi ketika teman-teman menganalisis ASII dan kinerja ASII di masa depan, kita tidak bisa hanya melihat prospek otomotif saja. Tapi kita harus menganalisis bisnis-bisnis lainnya.
Inilah yang seharusnya kita analisis dan jawab ketika ingin #JadiInvestorIndependen
Proses analisis kita harus menyeluruh sehingga kita bisa memiliki keyakinan dalam berinvestasi di perusahaan.
----------------------------------
Disclaimer: KelaSaham tidak memiliki saham ASII saat tulisan ini dibuat. Seluruh tulisan hanya untuk tujuan edukasi dan bukan saran keputusan keuangan apapun!
Mau menjadi investor independen yang memiliki keyakinan dan ketenangan dalam investasi saham?
KelaSaham sudah membuat framework analisis perusahaan yang dapat kamu pakai dalam perjalanan menjadi investor independen.
Lihat Program Kami