KelaSaham
17 Oct 2024
VALUE INVESTING6 tahun memang masih tergolong waktu yang singkat jika dibandingkan investor senior seperti Pak Lo Kheng Hong yang sudah berinvestasi selama 30 tahun, bahkan 6 tahun ini tidak ada apa-apa nya jika dibandingkan dengan Warren Buffett yang sudah berinvestasi saham lebih dari setengah abad.
Banyak pelajaran yang kami pelajari dari tokoh investor sukses ini, dari bagaimana cara mereka memilih saham, cara mereka melakukan capital allocation, hingga bagaimana mental mereka untuk memiliki pandangan jangka panjang atas investasi di suatu perusahaan.
Selama proses belajar dan mencoba mencari style investasi yang pas, kami juga mengalami beberapa kali pengalaman pasang surut, pengalaman ini mengajarkan kami beberapa pelajaran penting yang ingin kami bagikan dalam tulisan ini kepada teman-teman.
Pelajaran ini kami tuang dalam 3 pelajaran penting:
“Never, ever invest in the present. It doesn’t matter what a company’s earning, what they have earned.” – Stanley Druckenmiller
Salah satu pengalaman dan pelajaran penting yang membekas bagi kami adalah saat memutuskan untuk mengalokasi modal untuk diinvestasi ke salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, yaitu PT Gudang Garam Tbk (GGRM).
Keputusan itu didasari oleh alasan sederhana, valuasi GGRM saat itu cukup murah jika kita lihat dengan kinerja masa lalunya. Market Cap GGRM saat itu Rp 46 Triliun, dengan melihat track record dan estimas lama GGRM, maka GGRM dihargai sekitar PE 8-9x.
Padahal yang seharusnya kami fokuskan pada saat itu adalah berapa valuasinya 1 hingga 2 tahun kedepan dengan mempertimbangkan prospeknya.
Setelah kami melakukan pembelian, kinerja perusahaan terus mengalami penurunan akibat dari penurunan volume penjualan, sulit dinaikannya harga jual akibat pelemahan ekonomi dan tertekannya marjin dari kenaikan cukai serta alokasi modal oleh manajemen yang kurang bijak seperti yang kami ceritakan pada artikel sebelumnya.
Setelah kesalahan tersebut terjadi, barulah kami sadar betapa pentingnya untuk “membeli masa depan”. Dengan pemikiran yang sederhana juga sebenarnya kami sudah mendapatkan alasan yang kuat untuk tidak mengalokasikan modal ke GGRM.
Volume penjualan rokok yang sudah sangat tinggi membuat penjualan sulit untuk bertumbuh, belum lagi ditambah dengan kondisi makro yang kurang mendukung dan semakin maraknya rokok ilegal.
Kemudian biaya terbesar mereka yaitu cukai yang terus dinaikan oleh pemerintah sehingga menggerus marjin perusahaan akibat belum bisa nya melakukan pass on kenaikan harga cukai ke pelanggan.
Belum lagi secara internal, pemegang saham pengendali mengalokasikan modal ke unit usaha berbeda yaitu bandara dan jalan tol yang membutuhkan modal besar dan secara ekonomis biasanya butuh waktu yang lama untuk balik modal.
Lucunya biasanya investor akan mendapatkan semakin banyak pelajaran ketika porsi modal yang di investasikan di saham tersebut semakin besar. Hal itu terjadi pada kami.
“The ideal business is one that earns very high returns on capital and that keeps using lots of capital at those high returns. That becomes a compounding machine.” – Warren Buffett
Return on capital (ROC) adalah pengembalian terhadap modal yang diinvestasikan, semakin tinggi ROC, maka semakin cepat pula pengembalian modal kita sebagai investor.
Sebagai contoh, anggap kita berinvestasi di obligasi pemerintah dengan yield kupon 7%, maka dalam 14 tahun kita akan balik modal (100/7 = 14 tahun).
Namun jika modal yang sama kita investasikan di perusahaan yang menghasilkan yield 7% di mana return tersebut direinvestasi 100% dan tetap dapat menghasilkan yield yang sama dalam jangka panjang, maka hanya butuh waktu kurang lebih 10 tahun untuk balik modal (Rule of 72), 4 tahun lebih cepat. Jika angka yield yang bisa dihasilkan perusahaan lebih besar, maka akan lebih cepat lagi modal kita untuk kembali.
Perlu dicatat bahwa kata kuncinya disini bukan hanya ROC yang tinggi, namun juga harus stabil, Jika ROC tercatat tinggi hanya di satu tahun, maka kemungkinan besar itu bukan berasal dari kinerja bisnis perusahaan, bisa saja karena ada penjualan aset, entitas anak atau penghasilan keuangan yang tidak berulang.
Tidak banyak yang masuk dalam kategori ini, selama proses kami menganalisis lebih dari 100 perusahaan, hanya ada beberapa perusahaan saja yang bisa mencetak ROC di atas 15% dan stabil dalam jangka panjang.
Salah satu perusahaan yang masuk dalam kategori ini dan masuk dalam “radar” investasi kami adalah PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK).
Saat itu MARK mencatatkan kinerja yang kurang baik saat labanya turun cukup signifikan dari tahun 2021 hingga 2023 akibat dari oversupply sarung tangan karet nitril yang diakibatkan oleh melonjaknya demand saat pandemi terjadi. Kami cukup yakin ketika supply sudah kembali normal, permintaan akan kembali tumbuh stabil karena sarung tangan karet sangat dibutuhkan oleh industri kesehatan. Sayangnya keputusan beli tidak kami ambil saat harga sahamnya turun, sehingga kami melewati kesempatan emas tersebut.
Pertanyaan yang akan diajukan berikutnya adalah “Bagaimana cara untuk mengidentifikasi perusahaan dengan ROC yang tinggi dan stabil?”
Itulah tugas kita sebagai investor untuk mempelajari caranya. Di KelaSaham, kami telah mempersiapkan framework analisa yang benar dan komprehensif untuk dapat mengidentifikasi perusahaan dengan ROC yang tinggi dan stabil. Silahkan kunjungi bagian program KelaSaham untuk mencari tahu lebih lanjut.
“On the margin of safety, which means, don’t try and drive a 9,800 pound truck over a bridge that says the maximum capacity is 10,000 pounds. But go down the road a little bit and find one that says maximum capacity is 15,000 pounds” – Warren Buffett
Margin of Safety (MOS) dapat dicapai ketika kita membeli saham dengan harga yang cukup jauh di bawah nilai wajarnya dengan tujuan untuk mengantisipasi kesalahan manusia, nasib buruk, atau perubahan dunia yang begitu cepat dan tidak dapat diprediksi.
MOS memberikan “bantalan” karena investasi memilii risiko dan mengandung informasi yang “tidak sempurna.” Apalagi sangat tidak mungkin menebak segala hal dengan benar di masa depan.
Membeli saham dengan MOS memberikan kita ruang kesalahan akibat ketidakpastian ini. Satu hal juga yang kami pelajari adalah, prospek yang cerah ditambah dengan Return on Capital (ROC) yang tinggi dan stabil dari perusahaan yang kita investasikan, akan membuat valuasi saat ini menjadi memiliki MOS.
Sejauh ini sebelum melakukan keputusan investasi, kami selalu mempertimbangkan MOS.
Apa MOS yang diberikan oleh perusahaan? Seberapa besar MOS nya?
Namun, kami juga pernah salah dalam menilai berapa nilai wajar dari saham yang dibeli. Contohnya adalah GGRM yang kami ceritakan di awal, sehingga yang kami kira sudah membelinya dengan MOS yang cukup, ternyata belum cukup karena kami terlalu fokus memberi penilaian berdasarkan kinerja masa lalunya, bukan masa depannya. Sehingga berakhir dengan merealisasikan kerugian pada saham GGRM.
Maka selain bisa mengidentifikasi perusahaan mana yang memiliki prospek yang cerah dan bisa menghasilkan ROC yang tinggi dan stabil, seorang investor juga harus bisa menilai dengan benar berapa nilai wajar dari saham yang akan dibeli.
Mau menjadi investor independen yang memiliki keyakinan dan ketenangan dalam investasi saham?
KelaSaham sudah membuat framework analisis perusahaan yang dapat kamu pakai dalam perjalanan menjadi investor independen.
Lihat Program Kami